English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BM
PASANG IKLAN DI SINI CUMA Rp.150.000/Tahun

Selasa, 25 Oktober 2011

jigsaw


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini mata pelajaran fisika merupakan pelajaran yang masih dianggap salah satu pelajaran yang sulit, maka untuk mempelajarinya diperlukan banyak latihan atau dorongan agar semangat dalam belajar fisika. Persoalan  pendidikan yang dihadapi sekarang adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebut telah dan terus dilakukan, mulai dari berbagai macam pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum secara periodik, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, sampai dengan peningkatan mutu manajemen sekolah.
Belajar adalah suatu proses perubahaan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar. Belajar suatau  kata yang sudah cukup akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing lagi, bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, siang hari, sore hari, maupun pagi hari
Sebagai konsekuensi adanya sikap perubahan dalam pandangan manusia mengakibatkan gagasan pemerataan dalam pendidikan adalah adanya pemikiran tentang aspek teknologi dari pemerataan pendidikan. Cara  untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien adalah dengan mengunangkan  teknologi dan metode-metode pembelajaran yang telah dikembangkan di Indonesia, maka dengan teknologi dan metode-metode pembelajaran inilah tujuan pendidikan nasional dapat dicapai secara maksimal.
Dalam proses pendidikan di sekolah, proses belajar mengajar merupakan kegiatan inti, melalui proses ini tujuan pendidikan nasional akan dicapai, karena semua pihak pasti mengharapkan pencapaian hasil yang maksimal. Pembelajaran pada hakekatnya adalah membimbing aktifitas belajar siswa, pengertian ini secara tidak langsung menuntut seorang guru untuk mengelolah kelas sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman, aman, serta dapat memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa.
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang dapat membentuk anak-anak bangsa yang berpendidikan dan siap terjun ke masyarakat, sebagai seorang pengajar dan pembimbing mereka selalu dihadapkan kepada sesuatu persoalan antara lain: diantara sekian banyak bahan pelajaran, manakah yang paling sesuai untuk kita ajarkan? Diantara sekian banyak teknologi dan metode-metode pembelajaran, metode dan teknologi manakah yang paling sesuai? Dan bagaimana cara kita sebagai guru mengajarkan atau menerapkannya dalam proses belajar mengajar?.
Dalam suatu pembelajaran masih banyak faktor lain yang ikut menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Faktor-faktor tersebut antara lain kurikulum yang menjadi acuan dasarnya, program pengajaran, kualitas guru, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber belajar, dan teknik/bentuk penilaian. Ini berarti pendekatan hanyalah salah satu faktor saja dari sekian faktor yang perlu banyak mendapatkan perhatian dalam keseluruhan pengelolaan pembelajaran. Walaupun demikian penetapan pendekatan tertentu dalam hal ini pendekatan kontekstual dalam suatu pembelajaran dirasa penting karena dua hal. Pertama, penentuan isi program, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber belajar dan teknik/bentuk penilaian harus dijiwai oleh pendekatan yang dipilih. Kedua, salah satu acuan untuk menentukan keseluruhan tahapan pengelolaan pembelajaran adalah pendekatan yang dipilih.
Untuk mengetahui tercapainya suatu tujuan pengajaran dalam proses belajar- mengajar, maka perlu suatu alat yaitu penilaian dari hasil pengajaran. Menilai seorang siswa dari pengajaran bukanlah semata-mata untuk menentukan nasib siswa lulus atau tidak lulus, naik atau tidak naik, tetapi mempunyai arti diagnostik, penilaian yang mempunyai arti diagnostik adalah penilaian untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa, sehingga dengan kelemahan-kelemahan itu dapat diambil kesimpulan untuk menindak lanjuti permasalahan dengan pemberian perlakuan yang tepat dan sesuai dengan permasalahan yang sedang terjadi.
Dalam hal ini metode pembelajaran yang di terapkan harusnya sesuai dengan kebutuhan yang di inginkan oleh anak didik, siswa bukan hanya datang ke sekolah, sebagai pendengar, tetapi siswa di tuntut aktif, kreatif, dan  terlibat langsung dalam proses pembelajaran, siswa di berikan kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide, pemecahan masalah serta menciptakan suasana belajar bersama atau berkelompok saling membantu satu sama lain.
Berdasarkan analisis konseptual dan kondisi pendidikan fisika di tingkat pendidikan, ternyata masih banyak guru yang belum memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam memilih, serta mengunakan berbagai metode maupun model pembelajaran yang mampu mengembangkan iklim pembelajaran yang kondusif bagi siswa untuk belajar, banyak diantara guru yang tidak memiliki kurikulum tertulis yang merupakan pedoman dasar dalam pemilihan metode pembelajaran.
Disamping itu, tidak sedikit siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di karenakan metode pembelajaran yang dipilih dan digunakan oleh guru dirasakan kurang tepat. Dengan demikian proses belajar mengajar (PBM) akan berlangsung secara kaku, sehingga kurang mendukung pengembangan pengetahuan, sikap, moral, dan keterampilan siswa.
Pendidikan fisika sebagai salah satu cabang dari ilmu pengetahuan Alam yang mempelajari prinsip-prinsip serta perubahan-perubahan yang terjadi didalam lingkungan Sekitar, di mana kita berada.
Pemahaman atau pengertian yang mendalam, yang bisa di terapkan ketika mereka berhadapan dengan situasi baru dalam kehidupan sehari-hari kelak. Sejalan dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan Alam yang lain, Fisika merupakan pengetahuan Alam yang berasal dari pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari pengamatan secara langsung atau tidak langsung terhadap gejala-gejala yang terjadi pada lingkungan sekitarnya ataupun pengalaman yang diperoleh dari penelitian-penelitian yang sengaja diadakan dalam melaksanakan pengamatan baik itu terhadap percobaan-percobaan dan melakukan pengukuran-pengukuran sehingga mendapatkan suatu hasil yang di harapkan.
Banyak pelajar yang menganggap bahwa fisika sebagai pelajaran yang membosankan, menyulitkan dan kurang diminati oleh semua siswa. hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu rendahnya motivasi belajar siswa yang dikarenakan berbagai pengaruh sehingga menyebabkan kurangnya motivasi belajar siswa.
  1. Kondisi siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani sangat mempengaruhi motivasi belajar, seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah-marahan akan menggangu perhatian belajarnya, sebaliknya seorang siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan sangat mudah memusatkan perhatian. Anak yang sakit akan enggan belajar, anak yang marah-marah akan sulit memusatkan perhatian pada penjelasan pembelajaran, sebaliknya setelah siswa tersebut sehat ia akan mengejar ketinggalan pelajaran. Siswa tersebut dengan senang hati membaca buku-buku pelajaran agar ia memperoleh nilai baik, seperti sebelum sakit. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar.
  1. kondisi lingkungan siswa tempat tinggal
Lingkungan siswa dapat berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan, lingkungan tempat tinggal sangat berpengaruh pada motivasi anak, misalnya lingkungan tempat tinggal berada di kawasan kumuh yang sangat tidak mendukung siswa untuk belajar, kurangnya fasilitas pendukung belajar baik berupa alat tulis dan sebagainya ini akan sangat tidak mendukung dan memotivasi siswa untuk belajar.
Fisika itu sukar dipahami karena pemahaman atau konsep yang mereka peroleh hanya merupakan  suatu yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan mereka, pelajaran yang mereka terima selama ini hanyalah penonjolan tingkat hafalan dari sekian rentetan topik atau pokok bahasan, tetapi tidak di ikuti dengan pemahaman atau pengertian yang mendalam. belajar fisika mereka hanya dikenalkan dengan hapalan-hapalan, hitungan-hitungan angka atau penyelesaian soal-soal, sementara kegunaan bagi kehidupan siswa sehari-hari tidak ada dirasakan oleh mereka, belajar fisika itu membosankan karena setiap pertemuan hanya memperhatikan ceramah pengajar dan mengerjakan soal-soal latihan dan pendekatannya terabaikan. penting dan sangat perlu ditinjau kembali adalah kualitas dari pembelajaran itu sendiri, fisika mungkin tidak dianggap sulit jika pembelajaran itu dilakukan dengan mengakomodasi semua keinginan dan kemampuan pelajar, kurang adanya keserasian antara tujuan dan proses pembelajaran menjadi penyebab rendahnya kualitas pembelajaran terhadap fisika.
Untuk mengatasi masalah-masalah diatas maka kualitas pembelajaran perlu ditingkatkan, kualitas pembelajaran dapat meningkat jika setiap pengajar mempunyai cara kerja yang tinggi dalam setiap bidangnya selain itu rasa tanggung jawab untuk memberikan yang terbaik bagi perkembangan pelajar sangat diperlukan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika adalah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, model pembelajaran itu haruslah mampu mengakomodasi semua keinginan dan kemampuan pelajar, sehingga peran aktif pelajar dalam proses pembelajaran dapat terwujud. Sebagai upaya peningkatan hasil belajar, maka peneliti merasa perlu mencoba salah satu pendekatan pembelajaran ini dalam penelitian yang peneliti lakukan.

Berdasarkan Fenomena-fenomena dari uraian di atas maka penulis memilih judul “Upaya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa fisika melalui pembelajaran  kooperatif model  jigsaw kelas VII DI SMP Kristen Elim
tahun ajaran 2009/2010 ”.
            Dengan alasan pengunaan metode ceramah paling sering digunakan di Smp Kristen elim Malang, sebagian besar siswa kurang aktiv dalam merespon suatu permasalahan dan saling bantu sama lain rendah, Smp elim tidak memiliki laboratorium, pembelajaran kooperatif model jigsaw dapat membuat siswa menjadi aktif dalam menyelesaikan tugas belajar dan dapat lebih memahami konsep belajar.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana proses pembelajaran model jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII SMP Kristen Elim Malang
Apakah penerapan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Kristen Elim Malang

1.3  Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1.    Untuk mengetahui bagaimanakah proses pembelajaran kooperatif model jigsaw sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa VII SMP Kristen Elim Malang.
2.    Untuk mengetahui apakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa VII SMP Kristen Elim Malang.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Suatu kegiatan penelitian perlu dibatasi masalah yang akan diteliti supaya penelitian lebih terfokus, terarah dan dapat memperlancar proses penelitian yang akan dilaksanakan. Ruang lingkup masalah pada penelitian ini adalah:
subjek penelitian adalah siswa SMP Kristen Elim kelas VII
pokok bahasan yang dipilih Gerak Lurus
pembelajaran yang dilakukan adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dengan metode Jigsaw.
1.5. Manfaat Penelitian.
  1. Bagi guru untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dengan mempermudah siswa untuk memahami konsep-konsep pembelajaran yang akan diberikan.
  2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengajar dalam menerapkan pendekatan belajar yang sesuai dengan perkembangan dan kemampuan siswa.
  3. Bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini dapat menjadi bekal pengetahuan untuk peneliti dapat menerapkan ketika peneliti terjun kedunia kerja yang peneliti geluti yaitu bidang pendidikan.
  4. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan landasan teori dalam melakukan penelitian dengan masalah yang sama tetapi populasi berbeda.
  5. Sebagai motivasi dan masukan untuk mengambil langkah yang positif guna memperhatikan perkembangan dan kemampuan anak didik, baik secara fisik maupun fsikologi anak, dengan adanya penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan pertimbangan demi ketercapaian belajar yang akan di inginkan
1.6  Penegasan Istilah
  1. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila siswa dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan teman.
  2. Model pembelajaran jigsaw digunakan bila materi yang harus dikaji berbentuk narasi tertulis dengan tujuan pembelajarannya adalah pemerolehan konsep bukan keterampilan.
  3. Kebiasaan belajar fisika adalah adanya minat serta perilaku yang membuat pelajar menggunakan waktu luang untuk belajar fisika, dan kebiasaan melakukan sendiri Penelitian mengenai pelajaran fisika, diluar jam pelajaran, membaca buku-buku fisika diwaktu senggang.
  4. Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang menglami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisilogis dan kematangan psikologis siswa.
  5. Prestasi belajar adalah hasil dari kemajuan siswa berupa kesan-kesan yang mengakibatakan perubahan dalam diri individu setelah melakukan aktivitas belajar.

0 komentar:

Posting Komentar

buat pengunjung yang ingin memberi komentar namun tidak memiliki akun silahkan gunakan ANONIM, Trima kasih

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More